Krisis Pembangunan
Di
samping krisis yang terjadi pada dataran teori,tidak dipungkiri bahwa selama
proses pembangunan dapat terjadi krisis dalam proses tersebut.Jika kita sepakat
membagi dunia dalam tiga kategori,yaitu negara Dunia Pertama,Kedua, dan
Ketiga,krisis pembangunan yang terjadi di negara-negara tersebut memiliki corak
yang berlainan.
Bank
Dunia mengklasifikasikan kinerja perekonomian suatu negara berdasarkan GNI (Gross National Income atau Produk
Nasional Bruto) per kapita. GNI perkapita adalah pendapatan nasional bruto dibagi
jumlah populasi penduduk.Karena berubahnya GNI per kapita,klasifikasi negara
berdasarkan kelompok pendapatannya dapat saja berubah pada setiap edisi
publikasi Bank Dunia,terutama dalam World Deploment Report yang terbit setiap
tahun.Bank Dunia (2008) mengklasifikasikan negara berdasarkan tingkatan GNI per
kapitanya sebagai berikut :
1. Negara berpenghasilan rendah(low-income economies) adalah kelompok negara-negara
dengan GNI per kapita kurang atau sama dengan US$ 975 pada tahun 2008.
2. Negara berpenghasilan menengah (middle-income economies) adalah kelompok
negara-negara dengan GNI per kapita lebih dari US$ 975, namun kurang dari US$ 11.905
pada tahun 2008. Dalam kelompok negara berpenghasilan menengah dapat dibagi
menjadi: (a) negara berpenghasilan menengah papan bawah (lower-middle-income
economies) dengan GNI perkapita antara US$ 976 hingga US$ 3.855; (b) negara
berpennghasilan menengah papan atas (upper-middle-income
economies ) dengan GNI per kapita antara US$ 3.856 hingga US$ 11.905.
3. Negara berpenghasilan tinggi (high-income economies)adalah kelompok
negara-negara dengan GNI perkapita US$
11.906 atau lebih pada tahun 2008.
4. Dunia(World) meliputi semua negara di dunia,termasuk negara-negara yang
datanya langka dan dengan penduduk lebih dari 30.000 jiwa.
KRISIS DI NEGARA DUNIA PERTAMA
Di negara Dunia Pertama,yaitu negara-negara di
Eropa Barat dan Amerika Utara,krisis yang terjadi disebabkan kegagalan mereka
dalam mencapai welfare state(negara
kesejahteraan).Fakta bahwa negara Dunia Pertama telah mencapai tahap
pembangunan paling maju relatif terhadap belahan dunia lain adalah hal tidak
dapat di pungkiri.Namun demikian,dari ratusan tahun pengalaman melaksanakan
pembangunan, negara kesejahteraan yang mereka dambakan tampaknya masih jauh
dari kenyataan.Negara kesejahteraan merupakan tujuan pembangunan,di mana
pembangunan yang berorientasi ke negara ini pada akhirnya diharapkan mampu
menyejaterakan masyarakat secara menyeluruh.Pada tahun 1970-1980 konsep negara
kesejahteraan sebagai tujuan pembangunan mulai dipertanyakan.Kinerja pembangunan
yang diwujudkan dalam pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja,ternyata tidak
mampu menjawab tantangan disparitas distribusi pendapatan di antara
mereka.Meski kinerja pembangunan di negara Dunia Pertama sangat
mengagumkan,suatu hal yang ironis di mana pada saat yang bersamaan angka
pengangguran justru semakin meningkat.
Arus
migrasi penduduk dari NSB ke negara-negara Dunia Pertama akhirnya semakin
meningkatkan masalah sosial tesebut.Jenis pengangguran di negara Dunia Pertama
adalah pengangguran terbuka,yaitu orang menganggur karena secara sukarela
mereka menganggur.Hal ini disebabkan upah yang akan mereka terima berada di
bawah standar upah yang mereka inginkan,atau jenis pekerjaan yang ditawarkan
tidak sesuai dengan jenis pekerjaan yang diinginkan.Para imigran mampu memenuhi
pasar yang sebagai perantauan inilah banyak di antara mereka meraih sukses di
kemudian hari.Di sisi lain,kelompok imigran yang tidak sukses tetap terpuruk
dalam kemiskinan,dan semakin memperburuk masalah sosial yang ada.
Kemunculan
gerakan neo-fasisme,rasisme,dan peningkatan kriminalitas di negara-negara Dunia
Pertama umumnya dilakukan oleh para generasi muda yang frustasi dengan kondisi
tersebut.Kemunculan gerakan ini justru semakin memperparah kondisi sosial di
negara-negara tersebut. Kerusuhan rasial di Los Angeles merupakan hasil akhir
akumulasi krisis sosial di Amerika Serikat.Kasus tersebut tidak terlepas dari
krisis pembangunan kapitalistis di negara Dunia Pertama.
KRISIS DI NEGARA DUNIA KEDUA
Di
negara Dunia Kedua,yaitu negara-negara Amerika Latin dan negara-negara Eropa
Timur,krisis yang terjadi relatif berbeda. Di negara-negara Eropa Timur,krisis
pembangunan terjadi pada daratan ideologis.Krisis ideologis inilah yang membawa
peralihan sistem politik dari
komunisme/sosialisme menuju ke perekonomian liberal.Ambruknya negara Uni
Somviet menunjukkan bahwa masyarakat dinegara komunis.Perubahan/revolusi sistem
politik dan ekonomi di negara-negara komunis di Eropa lainnya pada dasarnya
didasarkan pada ketidakpercayaan mereka terhadap mekanisme pemerataan
kesejahteraan yang mereka anut.
Kelemahan
mendasar sistem komunisme terletak pada cara pendang terhadap keadilan.Di sisi
lain,orientasi pembangunan yang menganggap bahwa kesejahteraan individu
merupakan derivasi dari kesejahteraan negara,ternyata tidak mampu berjalan
dengan baik.Sistem keadilan absolut yang selalu digembor-gemborkan oleh para
pemimpin komunis,ternyata justru menciptakan kelas-kelas masyarakat kepitalis
ternyata hanya menghilangkan kelas-kelas tersebut sementara,namun dalam jangka
panjang muncul kelas-kelas baru yang tidak kalah eksploitatif dibanding kelas
borjuis dalam kapitalisme.
Dalam
proses pembangunan negara komunis,aspek politik jauh mendapat prioritas
dibanding aspek ekonomi.Tujuan-tujuan ekonomis pada akhirnya selalu tunduk
terhadap kepentingan politik mendapat peran tertinggi dibandingkan aspek-aspek
pembangunan yang lain.Dampaknya adalah sumber daya pembangunan terkuras oleh
upaya penyebaran ideologis.Di sisi lain,pembangunan ekonomi dikorbankan hanya
untuk meraih kepentingan politik.Problem ketidakseimbangan pembangunan ini
harus didukung oleh sumber daya pembangunan yang ada.Pertanyaan yang muncul
kemudian adalah sejauh mana kemampuan sumber daya yang ada terhadap efisiensi
alokasi tersebut.Batas ketidakmampuan dukungan ini akhirnya membawa keresahahn
masyarakat bersama yang secara sadar ingin melakukan perubahan sistem politik
dan ekonomi.
Berbeda
dengan di Eropa Timur,krisis pembangunan di Amerika Selatan disebabkan salah
arus utang luar negerinya.Beban uang yang demikian tinggi dari sebagian besar
negara di kawasan tersebut disebabkan alokasi utang tersebut sebagian besar
untuk pembelian barang mewah,impor persenjataan,merebaknya praktik korupsi.
KRISIS DI DUNIA KETIGA
Krisis yang terjadi di negara Dunia
Ketiga memiliki perbedaan mendasar dibandingkan krisis pembangunan di dua
belahan dunia yang lain.Terdapat dua pola krisis pembangunan di Dunia
Ketiga,yaitu yang terjadi di Afrika dan Asia.Di Afrika dan Asia,krisis
pembangunan tetap bermuara pada masalah kelaparan.Konsentrasi terbesar penduduk
miskin dan lapar ini berada di Afrika bagian selatan dan Asia bagian
selatan(India,Bangladesh,Pakistan).Sekitar 25.000 orang meninggal karena
kelaparan atau disebabkan oleh lapar tiap hari,atau satu orang tiap 3,5 detik.Yang
meninggal karena kelaparan kebanyakan anak-anak.Masalah mendasarnya karena
orang yang lapar terjebak dalam kemiskinan yang akut dan parah.Mereka tidak
memiliki cukup makanan untuk memenuhi kebutuhan pangan miniminal,kurang gizi
sehingga tubuhnya lemah,mudah sakit,dan tidak mampu bekerja.
Kondisi
kelaparan dan kemiskinan ini diperparah dengan masalang etnis yang sering menyulut peperangan
antarsuku dan negara di Afrika.Kasus Somalia adalah salah satu contoh betapa
rentannya ilkim politik di Afrika.Kelaparan yang terjadi secara simultan dengan
krisis etnis ini menambah permasalahan pembangunan menjadi semakin sulit
dipecahkan.
Di
Asia,praktis krisis etnis merupakan problem potensial yang sewaktu-waktu dapat
terjadi.Pada beberapa kawasan di Asia,pertentangan etnis sangat mewarnai
perkembangan benua tersebut.Sementara itu,pertentengan etnis dikawasan lain
Asia tampaknya kurang menunjukkan tanda-tanda yang mengkhawatirkan.Namun
demikian ,dominasi ras ”kuning”dalam perekonomian Asia tampaknya akan menjadi
masalah potensial di masa datang.
KRISIS KEUANGAN GLOBAL 2008
Krisis
keuangan global 2008 ternyata memberi pelajaran bahwa kapitalisme global
terbukti rentan terhadap krisis.Ambruknya perusahaan-perusahaan besar dan
global di Amerika Serikat(AS) dan Eropa menjadi headline semua media massa di dunia.Indeks harga saham gabungan dan
nilai kurs ikut merosot drastis yang membuktikan contagion effect,dampak penularan krisis sangat cepat menjalar ke
seluruh penjuru dunia,tak terkecuali Indonesia.
Dimensi
krisis Indonesia tgahun 1998 tenyata paling parah dibandingkan enam negara Asia
lainnya.Demikian catatan Bhanoji Rao dalam buku East Asian Economies:The Miracle,a Crisis and the Future(2001).Dalam
menghadapi krisis mata uang dan naiknya tingkat suku bunga,kebangkrutan
perusahaan dan bank dapat menyebabkan krisis keuangan.Liquidity crunch di satu
sisi,pesimisme konsumen dan investor di sisi yang lain,dapat menyebabkan
kontraksi investasi,yang diikuti dengan krisis ekonomi dan penganngguran.Hal
tesebut menyebabkan krisis sosial dan bahkan krisis politik.Singkatnya,sepuluh
tahun lalu,Indonesia mengalami krisis total(krital) tidak hanya krisis monete.