Selasa, 09 April 2013

KRISIS PEMBANGUNAN


Krisis Pembangunan
            Di samping krisis yang terjadi pada dataran teori,tidak dipungkiri bahwa selama proses pembangunan dapat terjadi krisis dalam proses tersebut.Jika kita sepakat membagi dunia dalam tiga kategori,yaitu negara Dunia Pertama,Kedua, dan Ketiga,krisis pembangunan yang terjadi di negara-negara tersebut memiliki corak yang berlainan.
            Bank Dunia mengklasifikasikan kinerja perekonomian suatu negara berdasarkan GNI (Gross National Income atau Produk Nasional Bruto) per kapita. GNI perkapita adalah pendapatan nasional bruto dibagi jumlah populasi penduduk.Karena berubahnya GNI per kapita,klasifikasi negara berdasarkan kelompok pendapatannya dapat saja berubah pada setiap edisi publikasi Bank Dunia,terutama dalam World Deploment Report yang terbit setiap tahun.Bank Dunia (2008) mengklasifikasikan negara berdasarkan tingkatan GNI per kapitanya sebagai berikut :
1.      Negara berpenghasilan rendah(low-income economies) adalah kelompok negara-negara dengan GNI per kapita kurang atau sama dengan US$ 975 pada tahun 2008.
2.      Negara berpenghasilan menengah (middle-income economies) adalah kelompok negara-negara dengan GNI per kapita lebih dari US$ 975, namun kurang dari US$ 11.905 pada tahun 2008. Dalam kelompok negara berpenghasilan menengah dapat dibagi menjadi: (a) negara berpenghasilan menengah papan bawah (lower-middle-income economies) dengan GNI perkapita antara US$ 976 hingga US$ 3.855; (b) negara berpennghasilan menengah papan atas (upper-middle-income economies ) dengan GNI per kapita antara US$ 3.856 hingga US$ 11.905.
3.      Negara berpenghasilan tinggi (high-income economies)adalah kelompok negara-negara dengan GNI perkapita US$ 11.906 atau lebih pada tahun 2008.
4.      Dunia(World) meliputi semua negara di dunia,termasuk negara-negara yang datanya langka dan dengan penduduk lebih dari 30.000 jiwa.

KRISIS DI NEGARA DUNIA PERTAMA
            Di  negara Dunia Pertama,yaitu negara-negara di Eropa Barat dan Amerika Utara,krisis yang terjadi disebabkan kegagalan mereka dalam mencapai welfare state(negara kesejahteraan).Fakta bahwa negara Dunia Pertama telah mencapai tahap pembangunan paling maju relatif terhadap belahan dunia lain adalah hal tidak dapat di pungkiri.Namun demikian,dari ratusan tahun pengalaman melaksanakan pembangunan, negara kesejahteraan yang mereka dambakan tampaknya masih jauh dari kenyataan.Negara kesejahteraan merupakan tujuan pembangunan,di mana pembangunan yang berorientasi ke negara ini pada akhirnya diharapkan mampu menyejaterakan masyarakat secara menyeluruh.Pada tahun 1970-1980 konsep negara kesejahteraan sebagai tujuan pembangunan mulai dipertanyakan.Kinerja pembangunan yang diwujudkan dalam pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja,ternyata tidak mampu menjawab tantangan disparitas distribusi pendapatan di antara mereka.Meski kinerja pembangunan di negara Dunia Pertama sangat mengagumkan,suatu hal yang ironis di mana pada saat yang bersamaan angka pengangguran justru semakin meningkat.
            Arus migrasi penduduk dari NSB ke negara-negara Dunia Pertama akhirnya semakin meningkatkan masalah sosial tesebut.Jenis pengangguran di negara Dunia Pertama adalah pengangguran terbuka,yaitu orang menganggur karena secara sukarela mereka menganggur.Hal ini disebabkan upah yang akan mereka terima berada di bawah standar upah yang mereka inginkan,atau jenis pekerjaan yang ditawarkan tidak sesuai dengan jenis pekerjaan yang diinginkan.Para imigran mampu memenuhi pasar yang sebagai perantauan inilah banyak di antara mereka meraih sukses di kemudian hari.Di sisi lain,kelompok imigran yang tidak sukses tetap terpuruk dalam kemiskinan,dan semakin memperburuk masalah sosial yang ada.
            Kemunculan gerakan neo-fasisme,rasisme,dan peningkatan kriminalitas di negara-negara Dunia Pertama umumnya dilakukan oleh para generasi muda yang frustasi dengan kondisi tersebut.Kemunculan gerakan ini justru semakin memperparah kondisi sosial di negara-negara tersebut. Kerusuhan rasial di Los Angeles merupakan hasil akhir akumulasi krisis sosial di Amerika Serikat.Kasus tersebut tidak terlepas dari krisis pembangunan kapitalistis di negara Dunia Pertama.
KRISIS DI NEGARA DUNIA KEDUA
            Di negara Dunia Kedua,yaitu negara-negara Amerika Latin dan negara-negara Eropa Timur,krisis yang terjadi relatif berbeda. Di negara-negara Eropa Timur,krisis pembangunan terjadi pada daratan ideologis.Krisis ideologis inilah yang membawa peralihan  sistem politik dari komunisme/sosialisme menuju ke perekonomian liberal.Ambruknya negara Uni Somviet menunjukkan bahwa masyarakat dinegara komunis.Perubahan/revolusi sistem politik dan ekonomi di negara-negara komunis di Eropa lainnya pada dasarnya didasarkan pada ketidakpercayaan mereka terhadap mekanisme pemerataan kesejahteraan yang mereka anut.
            Kelemahan mendasar sistem komunisme terletak pada cara pendang terhadap keadilan.Di sisi lain,orientasi pembangunan yang menganggap bahwa kesejahteraan individu merupakan derivasi dari kesejahteraan negara,ternyata tidak mampu berjalan dengan baik.Sistem keadilan absolut yang selalu digembor-gemborkan oleh para pemimpin komunis,ternyata justru menciptakan kelas-kelas masyarakat kepitalis ternyata hanya menghilangkan kelas-kelas tersebut sementara,namun dalam jangka panjang muncul kelas-kelas baru yang tidak kalah eksploitatif dibanding kelas borjuis dalam kapitalisme.
            Dalam proses pembangunan negara komunis,aspek politik jauh mendapat prioritas dibanding aspek ekonomi.Tujuan-tujuan ekonomis pada akhirnya selalu tunduk terhadap kepentingan politik mendapat peran tertinggi dibandingkan aspek-aspek pembangunan yang lain.Dampaknya adalah sumber daya pembangunan terkuras oleh upaya penyebaran ideologis.Di sisi lain,pembangunan ekonomi dikorbankan hanya untuk meraih kepentingan politik.Problem ketidakseimbangan pembangunan ini harus didukung oleh sumber daya pembangunan yang ada.Pertanyaan yang muncul kemudian adalah sejauh mana kemampuan sumber daya yang ada terhadap efisiensi alokasi tersebut.Batas ketidakmampuan dukungan ini akhirnya membawa keresahahn masyarakat bersama yang secara sadar ingin melakukan perubahan sistem politik dan ekonomi.
            Berbeda dengan di Eropa Timur,krisis pembangunan di Amerika Selatan disebabkan salah arus utang luar negerinya.Beban uang yang demikian tinggi dari sebagian besar negara di kawasan tersebut disebabkan alokasi utang tersebut sebagian besar untuk pembelian barang mewah,impor persenjataan,merebaknya praktik korupsi.
KRISIS DI DUNIA KETIGA
Krisis yang terjadi di negara Dunia Ketiga memiliki perbedaan mendasar dibandingkan krisis pembangunan di dua belahan dunia yang lain.Terdapat dua pola krisis pembangunan di Dunia Ketiga,yaitu yang terjadi di Afrika dan Asia.Di Afrika dan Asia,krisis pembangunan tetap bermuara pada masalah kelaparan.Konsentrasi terbesar penduduk miskin dan lapar ini berada di Afrika bagian selatan dan Asia bagian selatan(India,Bangladesh,Pakistan).Sekitar 25.000 orang meninggal karena kelaparan atau disebabkan oleh lapar tiap hari,atau satu orang tiap 3,5 detik.Yang meninggal karena kelaparan kebanyakan anak-anak.Masalah mendasarnya karena orang yang lapar terjebak dalam kemiskinan yang akut dan parah.Mereka tidak memiliki cukup makanan untuk memenuhi kebutuhan pangan miniminal,kurang gizi sehingga tubuhnya lemah,mudah sakit,dan tidak mampu bekerja.
            Kondisi kelaparan dan kemiskinan ini diperparah dengan masalang  etnis yang sering menyulut peperangan antarsuku dan negara di Afrika.Kasus Somalia adalah salah satu contoh betapa rentannya ilkim politik di Afrika.Kelaparan yang terjadi secara simultan dengan krisis etnis ini menambah permasalahan pembangunan menjadi semakin sulit dipecahkan.
            Di Asia,praktis krisis etnis merupakan problem potensial yang sewaktu-waktu dapat terjadi.Pada beberapa kawasan di Asia,pertentangan etnis sangat mewarnai perkembangan benua tersebut.Sementara itu,pertentengan etnis dikawasan lain Asia tampaknya kurang menunjukkan tanda-tanda yang mengkhawatirkan.Namun demikian ,dominasi ras ”kuning”dalam perekonomian Asia tampaknya akan menjadi masalah potensial di masa datang.
KRISIS KEUANGAN GLOBAL 2008
            Krisis keuangan global 2008 ternyata memberi pelajaran bahwa kapitalisme global terbukti rentan terhadap krisis.Ambruknya perusahaan-perusahaan besar dan global di Amerika Serikat(AS) dan Eropa menjadi headline semua media massa di dunia.Indeks harga saham gabungan dan nilai kurs ikut merosot drastis yang membuktikan contagion effect,dampak penularan krisis sangat cepat menjalar ke seluruh penjuru dunia,tak terkecuali Indonesia.
            Dimensi krisis Indonesia tgahun 1998 tenyata paling parah dibandingkan enam negara Asia lainnya.Demikian catatan Bhanoji Rao dalam buku East Asian Economies:The Miracle,a Crisis and the Future(2001).Dalam menghadapi krisis mata uang dan naiknya tingkat suku bunga,kebangkrutan perusahaan dan bank dapat menyebabkan krisis keuangan.Liquidity crunch di satu sisi,pesimisme konsumen dan investor di sisi yang lain,dapat menyebabkan kontraksi investasi,yang diikuti dengan krisis ekonomi dan penganngguran.Hal tesebut menyebabkan krisis sosial dan bahkan krisis politik.Singkatnya,sepuluh tahun lalu,Indonesia mengalami krisis total(krital) tidak hanya krisis monete.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar